Dalam dunia penerbangan pesawat, terdapat istilah Critical Eleven yang menjadi fokus utama antara pilot dengan Air Traffic Controller (ATC) saat tiga menit pertama setelah lepas landas dan delapan menit terakhir sebelum mendarat.
 
Dalam waktu krusial tersebut, pilot melakukan komunikasi secara intensif dengan ATC untuk mengendalikan pesawat sesuai dengan standar operasi yang berlaku.Tiga menit pertama digunakan untuk mencari posisi stabil dan mengontrol kecepatan saat pesawat mulai mengudara.Sementara delapan menit terakhir digunakan untuk menurunkan kecepatan dan menyesuaikan dengan landasan.
 
Pada rentang waktu tersebut, awak kabin dilarang berkomunikasi dengan pilot serta co-pilot kecuali ada hal darurat dan pilot harus menahan diri dari aktivitas lain yang tidak terkait dengan kontrol pesawat.
 
Selama masa Critical Eleven, awak kabin bertugas memberi arahan kepada penumpang untuk memasang sabuk pengaman, mematikan seluruh alat elektronik mereka, menutup meja, dan menegakkan kursi.Tujuannya untuk memudahkan evakuasi apabila terjadi situasi darurat.
 
Selain itu penumpang juga tidak disarankan untuk tidur saat memasuki critical eleven agar mereka dapat fokus pada arahan yang diberikan oleh awak kabin serta selalu waspada pada kondisi pesawat.
 
Dalam kondisi darurat, awak kabin hanya memiliki waktu 90 detik untuk mengevakuasi penumpang pesawat.Jika lewat dari waktu tersebut, penumpang akan kekurangan oksigen, tenggelam saat mendarat di perairan, atau bahkan meninggal karena terlalu banyak menghirup asap.
 
Menurut Tom Farrier, pensiunan pilot Angkatan Udara AS, pendaratan umumnya sedikit lebih berbahaya dan membutuhkan penanganan yang sedikit lebih rumit dibanding lepas landas.Terutama ketika tiba-tiba ada angin atau landasan pacu licin. Sedangkan tantangan terbesar saat lepas landas adalah mengatur kecepatan. Seringkali butuh waktu lama menyesuaikan kecepatan saat lepas landas agar pesawat bisa mendaki dengan baik.
 
 
Sumber: kompas.com