Selamat Datang di

Artikel Inspirasi

Sumber informasi Anda Seputar gaya hidup
dan dunia perlindungan

img-vector
Sejarah Hari Buku Nasional Tanggal 17 Mei

Sejarah Hari Buku Nasional Tanggal 17 Mei
17 Mei 2020

Hai, para penggemar buku! Tahukah kamu, tanggal 17 Mei adalah Hari Buku Nasional. Hari bersejarah ini diperingati sebagai bentuk perayaan dan menghargai betapa pentingnya budaya membaca. Sekaligus momentum hari berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 17 Mei 1980. Berikut ini adalah sejarah Hari Buku Nasional.
 
Sejarah Hari Buku Nasional
 
Peringatan Hari Buku Nasional (Harbuknas) telah dimulai sejak 2002. Menteri Pendidikan kala itu, Abdul Malik Fadjar, adalah orang yang pertama kali mencetuskan hari peringatan tersebut.
Dalam pengesahan Hari Buku Nasional itu banyak dari elemen masyarakat, khususnya kelompok pecinta buku yang mendorong terbentuknya hari peringatan tersebut. Penetapan itu memiliki tujuan utama yakni diharapkan dapat menumbuhkan budaya atau meningkatkan minat membaca dan menulis (budaya literasi) di kalangan masyarakat.

Selanjutnya pada tahun 2015, pemerintah mencanangkan sebuah program dengan mempromosikan Gerakan Literasi Bangsa (GLB). Gerakan ini tercantum dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Dalam Permendikbut itu disebutkan bahwa GLB memiliki tujuan untuk dapat menumbuhkan budi pekerti anak melalui budaya membaca dan menulis (literasi).

GLB sendiri mengambil model penumbuhan budi pekerti dengan cara seperti menganjurkan setiap siswa untuk membaca selama lima belas menit setiap hari sebelum pelajaran dimulai. Cara seperti ini diharapkan kedepannya dapat menimbulkan kebiasaan yang positif bagi siswa terutama dalam meningkatkan minat baca dan tulis (literasi).

Gerakan ini kemudian dikenal dengan Gerakan Literasi Nasional, yang di dalamnya terdapat beberapa sub-gerakan seperti Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Literasi Keluarga, Gerakan Literasi Masyarakat, dan Gerakan Satu Guru Satu Buku.

 
Minat Baca Masyarakat Indonesia Masih Rendah
 

Berdasarkan hasil penelitian “The Wolrd’s Most Literate Nations” tahun 2016 yang dilakukan UNESCO terhadap 61 negara di dunia terkait kebiasaan membaca, Indonesia berada di peringkat ke-60, hanya satu tingkat di atas Botswana.

Survey itu menunjukkan indeks tingkat membaca masyarakat di Indonesia hanya sebesar 0,001 persen. Artinya, dari 1000 penduduk, hanya ada satu orang saja yang memiliki keinginan untuk membaca buku.
Sementara pada hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA), disebutkan bahwa budaya literasi masyarakat Indonesia berada di urutan ke 64 dari 65 negara yang diteliti. Dalam penelitian yang sama pula, PISA menunjukkan hasil dari minat baca siswa Indonesia yang ditempatkan pada urutan ke 57 dari 65 negara yang diteliti.
  
Rendahnya budaya literasi di Indonesia tentu telah menjadi tantangan tersendiri yang perlu disikapi dari tahun ke tahun. Pemerintah sendiri terus berusaha mengatasi permasalahan tersebut melalui sejumlah kebijakan yang dikeluarkan. Yuk, kita bantu tingkatkan budaya literasi dengan tetap rajin membaca, termasuk membaca polis asuransi kamu, karena dengan membaca buku polis kamu semakin paham tentang manfaat asuransi yang kamu miliki, terlebih kamu punya waktu 14 hari sejak membeli untuk mempelajari buku polis tersebut sebelum akhirnya dianggap menyetujui semua ketentuan benefit didalamnya. Yuk, Pastikan kamu punya perlindungan asuransi dengan klik banner ini


Sumber: kompas.com, tirto.id